top of page

Fendo Parama Sardi, Manager Yayasan Cheshire Indonesia

Pemberdayaan penyandang disabilitas bisa dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya dengan mengembangkan keterampilan kerja mereka. Yayasan Cheshire Indonesia (Wisma Cheshire) merupakan sebuah lembaga yang membantu penyandang disabilitas sejak tahun 1974. Awalnya, Wisma Cheshire menawarkan perawatan di rumah bagi penyandang disabilitas fisik. Saat ini, Wisma Cheshire juga menjalankan program-program vokasional, seperti pelatihan keterampilan, serta advokasi hak-hak penyandang disabilitas, rencana pengembangan individu, dan tempat tinggal bagi para penyandang disabilitas. Klobility berbincang dengan Fendo Parama Sardi, Manager Yayasan Cheshire Indonesia.



Apa saja bentuk pemberdayaan disabilitas yang ada di Wisma Cheshire?

Pelatihan vokasional / keterampilan:

  • Handicraft

  • Woodwork

  • Bahasa Inggris

  • Komputer

  • Konseling dan program persiapan kemandirian

Sudah berapa lama Mas Fendo masuk di dunia disabilitas?

Kalau yang dimaksud dengan "masuk" adalah bekerja secara profesional untuk program pemberdayaan penyandang disabilitas, maka jawabannya adalah mulai tahun 2012 ketika saya bergabung dengan Yayasan Cheshire Indonesia (Wisma Cheshire). Namun, dalam kehidupan, saya sudah mengenal tentang disabilitas sejak tahun 1995 melalui saudara sepupu saya yang lahir dengan kondisi Cerebral Palsy (CP). Saya sangat dekat dengan sepupu saya pada masa-masa SD saya hingga kuliah.

Apa yang membuat Mas Fendo ingin mengenal dunia disabilitas?

Saya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membantu penyandang disabilitas agar mendapatkan hak-hak yang setara dengan nondisabilitas, juga mengubah stigma negatif di masyarakat terhadap disabilitas. Menurut pengalaman saya hidup dengan sepupu dengan CP, saya juga turut merasakan kesulitan-kesulitan yang dia alami ketika menggunakan transportasi umum. Kala itu, belum ada transportasi umum yang bisa diakses oleh pengguna kursi roda. Sulit juga untuk mendapatkan sekolah umum yang disability friendly dari sisi fasilitasnya, tidak adanya ramp, toilet yang tidak akses, dan sebagainya. Ketika saya pergi ke keramaian, seperti pasar, bersama sepupu saya, banyak sekali yang bertanya "Sakit apa Mas adiknya?", "Kasihan sekali adiknya, cantik-cantik tapi tidak bisa jalan", dan sebagainya.

Apa yang melatarbelakangi mas Fendo untuk bergerak dan bekerja di Wisma Cheshire?

Saya percaya bahwa setiap orang memiliki gift/talenta/bakat/potensi masing-masing tanpa memandang kondisi orang tersebut disabilitas atau tidak. Namun, sayangnya, teman-teman disabilitas masih menghadapi banyak hambatan dalam mengembangkan potensinya. Belum banyak wadah yang concern untuk menggali, mengembangkan, dan menyalurkan potensi mereka. Wisma Cheshire berusaha melakukan ini dalam satu paket program yang holistik sehingga para penyandang disabilitas bisa hidup mandiri di masa depan. Saya sangat mendukung program-programnya dan bermimpi memperkuat tim manajemennya. Saya terinspirasi dari pendirinya, yaitu Bapak Leonard Cheshire, yang memberikan motto lembaganya "Creating opportunities for people with disabilities", yang saya rasa sangat relevan dengan konteks yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas di Indonesia.

Boleh diceritakan untuk kegiatan Mas Fendo saat ini, baik di Wisma Chesire ataupun di luar?

Sebagai Program Manager di Wisma Cheshire, saya banyak membantu di bidang penyusunan dan manajemen program pelatihan vokasional untuk disabilitas daksa, seperti keterampilan handicraft, woodwork, Bahasa Inggris, dan komputer. Saat ini, di Wisma Cheshire juga sedang dikembangkan keterampilan tailoring, bercocok tanam, kompos, dan hidroponik. Bersama dengan Komite Yayasan Cheshire Indonesia, kami menetapkan tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan untuk setiap residen (penyandang disabilitas yang sedang belajar) kami. Jadi, setiap residen memiliki personal development goal masing-masing yang nantinya dievaluasi untuk masuk dalam program persiapan hidup mandiri pada tahap berikutnya. Untuk kegiatan eksternal, kami bekerjasama dengan berbagai stakeholders, termasuk pemerintah, asosiasi, NGO, civil society, dan perusahaan untuk mendapatkan dukungan atas program pemberdayaan disabilitas yang kami kerjakan di Wisma Cheshire.

Pengalaman apa saja yang didapatkan oleh Mas Fendo setelah bertahun-tahun bergerak di dunia disabilitas?

Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama bekerja dengan komunitas disabilitas. Pertama, di lapangan kita temukan bahwa teman-teman disabilitas itu pasti memiliki bakat dan potensi yang besar dan unik. Saya sebut unik karena approach dan metode digunakan untuk menggali potensi tersebut berbeda-beda antarindividu. Ketepatan approach dan metode yang digunakan akan menentukan besarnya potensi/bakat yang tergali dan keluar. Selain itu, aspek kronologi, psikologis dan background seseorang menjadi disabilitas juga merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Misalnya, memberikan pelatihan kepada disabilitas yang sejak lahir akan berbeda metodenya dengan orang yang baru kecelakaan 4 bulan yang lalu.

Kedua, fleksibilitas waktu itu penting dalam penerapan program-program pelatihan untuk penyandang disabilitas, terutama hingga mereka mencapai kemandirian hidup. Masih banyak ketidaksetaraan terhadap akses untuk mendapatkan pekerjaan dan menggunakan fasilitas umum. Masih banyak penyandang disabilitas yang ditolak kerja padahal sudah mendapatkan pelatihan dan skill yang mumpuni dari yayasan.

Ketiga, mengubah cara pandang dan stigma terhadap disabilitas. Bukan sebagai objek charity atau dikasihani, tetapi sebagai subjek yang harus berdaya (empowered) dan mendapatkan peluang yang sama (equal opportunities) dalam mengembangkan diri dan berprestasi.

Apakah ada hambatan yang terjadi dalam berinteraksi atau bekerja bersama disabilitas?

Sejauh ini, dengan penyandang disabilitas daksa, netra, dan Tuli tidak mengalami hambatan dalam berinteraksi dan bekerjasama. Namun, kami masih perlu belajar lebih banyak lagi untuk berinteraksi dengan jenis disabilitas lainnya, misalnya grahita (emosi) dan special needs (kognitif).

Dari berbagai pengalaman yang sudah dilakukan Mas Fendo, hal menarik apa yang ditangkap terkait disabilitas dan ingin disampaikan ke masyarakat?

Penyandang disabilitas, seperti layaknya nondisabilitas, memiliki bakat dan potensi yang luar biasa yang seringkali dikesampingkan, dipandang sebelah mata, dan dikasihani. Sudah saatnya kita sebagai masyarakat Indonesia mengubah cara pandang ini. Disabilitas bukan untuk dikasihani atau sebagai objek charity. Penyandang disabilitas merupakan insan atau komunitas yang berdaya, mempunyai peluang dan kesempatan yang sama untuk berkarya, dan menjadi manusia seutuhnya. Masyarakat inklusif masih menjadi impian yang besar untuk seluruh stakeholders. Kita harus mengarah ke sana dan memperjuangkan itu.

Apa yang ingin dilakukan oleh Mas Fendo ke depannya yang mungkin belum tercapai dalam ranah disabilitas?

Dalam rangka mengubah cara pandang dan stigma negatif masyarakat terhadap disabilitas, kami ingin ada kerjasama dengan ahli-ahli pendidikan untuk menyusun kurikulum pengenalan disabilitas untuk disosialisasikan dalam jangka panjang di institusi-institusi pendidikan di Indonesia.

Harapan Mas Fendo untuk teman-teman disabilitas di Indonesia?

Selalu semangat dan tetap berjuang untuk mewujudkan masyarakat inklusif.

Ada kah pesan yang ingin disampaikan untuk orang, organisasi, atau perusahaan yang belum mulai atau belum berani berinteraksi dengan penyandang disabilitas?

Mampirlah ke Wisma Cheshire untuk melihat karya-karya penyandang disabilitas di sana, maka keraguan Anda tentang disabilitas akan hilang! (PWC/SKS)


bottom of page