Masih dengan suasana perayaan Disability Pride Month, para penyandang disabilitas harus berani menyuarakan dan meningkatkan rasa bangga yang ada di dalam diri mereka sebagai disabilitas agar dihormati dan dihargai masyarakat. Membicarakan dan mengenali tentang keberagaman penyandang disabilitas tidak hanya disabilitas fisik dan disabilitas sensorik tetapi ada disabilitas emosi dan kognitif (sesuai dengan UU No 8 Tahun 2016 tentang disabilitas). Kali ini Klobility akan membicarakan sosok disabilitas emosi yang sedang berjuang untuk mengedukasi maupun mengadvokasi melalui karya seninya. Sosok itu adalah seorang perempuan yang bernama Hana Madness. Siapa Teman Inklusi yang belum mengenali tentang Hana Madness?

Hana Madness dengan nama asli Hanna Alfikih adalah seorang perempuan disabilitas emosi yang mengalami penyakit bipolar disorder atau kondisi gangguan mental yang membuat perubahan suasana hati yang tidak bisa dikontrol sehingga tidak dapat mengatur emosi dengan baik. Pada tahun 2013, saat dirawat di RSCM, ia didiagnosis skiazoafektif gangguan mental seperti halusinasi atau delusi dan suasana hati yang depresi sehingga dia diagnosis bipolar tipe 1 oleh psikiater. Dengan kondisi disabilitas yang di alaminya, dia menjadikan seni sebagai obat terapi dalam kehidupan dirinya.
Perempuan asal Jakarta itu mencintai dunia seni sejak SMP, saat itu dia mulai pelan-pelan untuk melukis, mencoret-coret di jurnal, dan beberapa buku sekolahnya. Sehingga melalui karya seni, dia melahirkan karakter-karakter unik yang menjadi representasi dari halusinasinya. Karyanya seperti makhluk kecil dengan karakter bipo, polar, skizo, medico atau nama – nama obat yang biasa diminum.
Sebagai seorang disabilitas emosi, banyak prestasi yang sudah diraih oleh Hana Madness, sejak karyanya sudah banyak disukai dan diapresiasi masyarakat termasuk seniman sehingga dilirik oleh salah satu perusahaan besar untuk dicetak menjadi cover korek api, dia mendapatkan undangan sebagai disabilitas yang mewakili Indonesia dari British Council Indonesia untuk mengikuti pameran ruang karya seni bagi penyandang disabilitas, Unlimited Festival di London, Inggris. Setelah mengikuti pameran karya seni disabilitas di Inggris, pada tahun 2018, perempuan dengan kelahiran bulan Oktober 1992 itu menjadi salah satu inisiator untuk Festival Bebas Batas yaitu festival seni dan disabilitas pertama di Indonesia. Di tahun yang sama dia membuat film dokumenter dengan judul In Chains berkolaborasi dengan seniman asal Inggris. Film tersebut ditayangkan dalam dua festival di Jerman dan Inggris. November 2018 dia menjadi perwakilan seniman Indonesia yang karya seninya di akan dipamerkan dalam Festival TakeOver di kota ST Helens, Inggris.
Selain berkarya dengan dunia seni, Hana Madness sudah berkeliling di Indonesia dan dunia seperti Jerman, Korea, Jepang dan Inggris untuk mengadvokasikan kesehatan mental melalui karya seninya. Sekarang nama Hana Madness semakin terkenal banyak orang yang menyukai karya-karya seninya. Sehingga dia terpilih sebagai nominator 7 Millennial Heroes untuk kategori Seni dan Budaya. Sebagai seorang disabilitas emosi, dia mengajak para penyandang disabilitas untuk tidak pernah menyerah dalam berjuang dan tetap berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri sebagai disabilitas. (RYR)
Sumber:
1. https://www.beritasatu.com/hiburan/515876-hana-madness-seni-membantu-saya-mengatasi-gangguan-jiwa
2. https://www.suara.com/lifestyle/2020/03/23/090000/hana-madness-ciptakan-monster-melawan-bipolar
3. https://nasional.sindonews.com/berita/1437117/15/hana-madness-lawan-bipolar-lewat-karya-doodle-art