top of page

Hj. Ramlah Irwansyah, Pengusaha Tuli Pemilik Cafe Mella House of Donut


Selamat pagi, Ibu Hj. Ramlah, bisa perkenalkan diri Ibu ke Teman Inklusi?

Nama saya Hj. Ramlah Irwansyah panggilan saya Hj Ramlah, saya perempuan Tuli asal Makassar. Saya anak pertama dari enam orang bersaudara, lahir dalam keadaan dengar dan sehat seperti anak-anak pada umumnya. Namun, pada usia 2 bulan saya menderita sakit panas selama sebulan, akhirnya saya tidak bisa berbicara dan tidak bisa mendengar. Saat ini saya sudah berkeluarga. Saya mempunyai 2 orang anak perempuan, saat ini anak saya sedang kuliah. Suami saya juga Tuli, suami bekerja di Hotel. Saya adalah bos atau founder bisnis Cafe Mella House of Donuts. Selain itu, saya menjabat Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerkatin Provinsi Sulawesi Selatan, anggota dewan pertimbangan PPDI (Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia) Provinsi Sulawesi Selatan, dan Wakil Ketua 2 HWDI (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia) Provinsi Sulawesi Selatan.


Bolehkah Teman Inklusi tahu, apa itu Cafe Mella House of Donuts?

Cafe Mella House of Donuts, nama Mella itu diambil dari nama panggilan saya (Ibu Hj Ramlah), Mella. Awalnya saya belajar dari orang tua, saudara, dan keluarga saya kemudian akhirnya saya bisa membangun usaha sendiri.


Sudah 11 tahun berjalan dan tidak pernah berhenti. Saya belajar dengan kakak ipar, suami dari adik saya. Saat itu saya belajar membuat donat. Ketika saya menjual donat hasil bikinan sendiri, saya tidak mendapatkan untung. Pertama kali saya belajar donat pada tahun 2009 kemudian 12 kotak semakin meningkat total 50 . Donat titip ke beberapa toko tetapi tidak ada keuntungan selama setahun. Akhirnya keputusan berhenti sementara dan mau belajar lebih baik lagi sekaligus buka usaha kecil secara pelan pelan.


Bagaimana Ibu memulai bisnis ini?

Saya pertama kali kerja membantu orang tua menjual pakaian sejak saya kecil, sudah 20 tahun saya ikut orang tua berjualan pakaian, saya banyak belajar dari orang tua dalam berjualan pakaian dan menghitung uang, sehingga betul-betul sudah paham saya memutuskan untuk berhenti, lalu saya pindah ke cafe kopi ikut orang tua kerja juga selama 1,5 tahun lalu berhenti, saya belajar dengan ipar itu suami adik saya, saya belajar cara membuat donat dan membuat resep donat lalu saya mencoba membuat sendiri, selama masa percobaan saya belum mendapatkan keuntungan, lalu saya berusaha riset untuk mengubah resep donat agar lebih baik lagi dan bagaimana bisa mendapatkan bahan-bahan donat yang lebih murah, maka saya bertanya sama yang punya toko untuk diskusi tentang resep donat dan bertanya bagaimana cara bisa mendapatkan bahan - bahan donat yang lebih murah, sehingga saya memutuskan untuk mencoba-coba sehingga 5x. Beberapa orang sudah mencoba cicipin hasil donat dari saya ternyata enak dan langsung beli, kemudian saya beli alat mesin untuk belajar semacam dan pindah tempat baru untuk jualan. Ternyata banyak orang dengar tertarik apalagi murah. Saya langsung bergerak cepat untuk melayani untuk pembeli. Maka butuh 2 orang dengar dan orang Tuli untuk membantu saya dalam pekerjaan sambil pantau cara prosesnya.


Apa saja hambatan yang Ibu temui di awal membangun usaha?

Awalnya saya tidak mempunyai modal untuk membangun bisnis Cafe Mella House of Donuts, kemudian saya menjual 1 mobil avanza sekitar 125 juta untuk memulai usaha bisnis sendiri. Semakin lama saya memikir dan keputusan memilih karyawan Tuli sekaligus belajar bersama sama dalam proses pekerjaan. Saya sempat dihalang oleh orang tua karena khawatir komunikasi dalam bisnis, maka keinginannya harus karyawan dengar tetapi saya tetap menolak dan memilih karyawan Tuli. Dalam bisnis harus semua karyawan Tuli dan harus belajar. Semakin lama, orang tua dan saya sama sama ngotot sehingga orang tua tanya ke saya bagaimana nanti komunikasi terhadap pembeli. Saya jawab, bisa komunikasi melalui menulis, bahasa isyarat alami, dalam perhitungan hasil gunakan kalkulator agar pembeli bisa baca dan melihat.


Mengapa Ibu memilih memberdayakan Teman Tuli/Rungu sebagai karyawan?

Semuanya adalah karyawan disabilitas Rungu atau Tuli, sampai sekarang saya mempunyai 12 orang karyawan Tuli. Saya adalah founder di Cafe Mella House of Donuts. Saya lebih memilih memperkerjakan teman-teman disabilitas dibanding orang yang dengar karena yang pertama jumlah lapangan kerja orang-orang yang dengar di banding teman-teman yang mengalami disabilitas, selain itu saya

memperkerjakan teman teman tuli lainnya karena saya lebih merasa nyaman bekerja sama dengan mereka, saya juga berharap agar mereka dapat menumbuhkan sikap kemandirian dalam usaha meningkatkan perekonomiannya

sendiri.


Selama Pandemi COVID-19 apakah ada tantangan yang dirasakan Cafe Mella House of Donuts?

Sejak bulan Maret, Cafe Mella tutup. Sebelum corona, saya mempekerjakan 12 orang karyawan disabilitas, setelah corona, turun menjadi 7 orang karyawan disabilitas karena 4 orang tidak bisa melanjutkan pekerjaaan, ada yang sedang hamil atau sedang melahirkan, ada yang sakit karena sudah tua, dan ada yang minta pindah tempat kerja. Meskipun jumlah karyawan sedikit saya tetap menjalankan usaha, bulan puasa kemarin saya tetap bertahan dan Cafe Mella House of Donuts tetap dibuka. Untuk memesan makanan di Cafe Mella House of Donuts selama COVID-19 masih belum diperbolehkan makan dan minum di tempat hanya bisa dilakukan take away,semua orang sekarang wajib memakai masker, ketika mau membayar dan menerima uang diwajibkan mencuci tangan terlebih dahulu. Kalau orang pakai masker, mau komunikasi bisa langsung lewat ketik di handphone.


Bagaimana penjualan Cafe Mella House of Donuts selama masa pandemi? Apa saja yang berubah sebelum dan setelah pandemi?

Selama pandemi, saya berjualan sedikit donat saja, sehingga menghasilkan uang sedikit, itu gak masalah. Teman-teman Tuli tidak memiliki uang untuk makan, maka saya prihatin dan memutuskan membagi 50 paket sembako kepada teman-teman Tuli. Contoh, Setiap ada acara gerakan Tuli, Hari Tuli Internasional bila uang tidak cukup, saya selalu menyumbangkan uang, maka sekarang lagi situasi corona saya masih bisa menyumbang sebagai perwakilan dari kafe Tuli, saya membantu.

Dulu saya mempekerjakan 12 karyawan teman-teman disabilitas Tuli, sekarang yang bekerja hanya 7 orang, tunggu saja mereka pasti kembali kok tahun depan. Bila yang lagi hamil sama yang baru melahirkan memang belum bisa balik kerja, nanti takut menganggu kegiatan, tunggu saja sampai semua baik-baik baru bisa balik lagi kok.


Apa mimpi Bu Hj. Ramlah untuk Cafe Mella House of Donuts?

Awal saya hanya belajar saja membuat donat, ternyata saya jatuh cinta dengan donat karena belum pernah ada pengusaha Tuli di Indonesia maka saya memutuskan untuk belajar jadi pengusaha Tuli dengan cara belajar membuat donat akhirnya saya jatuh cinta karena merasa cocok dan memutuskan tetap menjalani hingga sekarang.


Ada pesan-pesan untuk teman-teman disabilitas agar semangat bekerja atau memulai usaha sendiri?

Jika disabilitas mau punya usaha sendiri, pasti bisa kok dengan cara lihat role model dari orang lain lalu belajar sendiri maka itu disabilitas pasti bisa punya usaha sendiri, nah banyak yang pengusaha nondisabilitas atau dengar, lalu belum ada pengusaha disabilitas yang punya usaha sendiri makanya itu kita harus setara. Kita benar–benar harus belajar dari orang lain, contoh di sini sudah ada 12 orang sebelum corona, banyak orang-orang mau bekerja di sini, tetapi tidak bisa karena memang sudah penuh. Saya teringat di Burger King, saya mengatakan bahwa saya mendukung kalau BK harus memperbanyakan karyawan Disabilitas atau Tuli, dan saya sendiri mempunyai 12 karyawan Tuli. Dulu di Burger King hanya ada 8 orang Tuli, saya mengajak mereka bekerja sama dengan saya karena temen-teman Tuli begitu rajin dan mereka bersedia mau menambah karyawan Tuli. Maka sekarang sudah ada total 30 orang Tuli, Alhamdulillah. Saya selalu mendorong dan mendukung temen-teman Tuli.


Ada lagi, di tempat lain di Alfamart, sudah nambah 4 karyawan Tuli, mudah-mudahan nanti ada lamaran kerja untuk 3 orang lagi, belum tau siapa. Kalau teman-teman Tuli sedang membutuhkan pekerjaan, saya lah yang membantu, dan saya juga mengajari teman-teman Tuli untuk bagaimana cara membuat kue, menjual kue, mencari orang-orang yang mau memesan kue dan mengantarkan pesanan ke orang-orang melalui Grab atau Gojek. Saya selalu membantu mengajari mereka supaya Sulawesi maju. (RYR/SKS)


Pewawancara: Ridho Yulio Rahmadino

Narasumber: Hj. Ramlah Irwansyah, Pemilik Cafe Mella House of Donuts

bottom of page