top of page

Mengenal Desa Inklusi: Desa di Bali yang Bisa Bahasa Isyarat!


Sumber foto: Kurniawan Masud (National Geographic)


Pernahkah Teman Inklusi berkunjung ke pulau Bali? Bali merupakan tempat wisata yang paling banyak dikunjungi para wisatawan mancanegara, selain dikenal dengan tempat wisata dan budaya yang beragam di Indonesia, Bali juga memiliki keunikan sendiri di desanya tepatnya di pesisir Bali Utara. Desa itu bernama Desa Bengkala yang memiliki penduduk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat.

Desa Bengkala terletak di Kecamatan Kebutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, tepatnya 15,6 km dari pusat Kota Singaraja atau sekitar 100 km dari Kota Denpasar. Desa yang memiliki penduduk Tuli biasanya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat, sebagai bahasa alami. Bagi penduduk lokal Bali asli, bahasa isyarat dikenal dengan istillah Kata Kolok. Secara harfiah Kolok artinya Tuli.

Dilansir dari BBC, penduduk Tuli di Desa Bengkala menganggapnya Kolok (Tuli) sebagai sebuah kutukan, sementara berdasarkan peneliti menjelaskan adanya gen resesif geografis-sentris yang bernama DFNB3 yang menyebutkan 1 dari 50 bayi di desa Bengkala terlahir Tuli. Selain Penduduknya Tuli, di desa Bengkala penduduk dengar dikenal dengan istilah “Enget”, Enget sudah terbiasa menggunakan bahasa Kolok untuk berkomunikasi dengan saudaranya yang Tuli di desa Bengkala. Selain sebagai bentuk kepedulian dan dukungan terhadap penduduk Tuli di Desa Bengkala, Enget selalu menghargai dan menghormati penduduk Tuli agar sama-sama bertahan hidup dan beradaptasi sehingga lingkungan di desa Bengkala semakin inklusif dan harmonis.

Bahasa Kolok sebagai bahasa isyarat bagi penduduk Tuli (Kolok) di Desa Bengkala memiliki perbedaan dengan bahasa isyarat Tuli pada umumnya. Seperti contoh, telunjuk yang menunjuk dengan kaku menunjukkan seorang laki-laki, telunjuk yang dilengkungkan menyebut ayah. Perempuan di isyarat tangankan seperti 2 jari yang membentuk celah sempit. Seiring berkembangnya imajinasi dan komunikasi, kosa kata bahasa Kolok semakin berkembang secara alamiah, perkembangan itu dipahami, diterima dan digunakan oleh masyarakat. Di kutip dari BBC, Peneliti Bahasa asal Universitas Radboud Belanda, Hannah Lutzenberger menjelaskan bahwa bahasa Kolok adalah bahasa isyarat yang memiliki keberagaman dengan bahasa lainnya dan tidak banyak terpengaruh oleh bahasa Indonesia, bahasa Bali, atau bahasa isyarat di luar desa.

Di Desa Bengkala, penduduk dengar (Enget) dan penduduk Tuli (Kolok) diperlakukan setara, tidak ada perbedaan dalam pemberian upah dan pekerjaan, sementara di luar desa Bengkala, penduduk Tuli (Kolok) sulit mendapatkan pekerjaan. Rata-rata penduduk di desa Bengkala memiliki pekerjaan yang beragam, bekerja sebagai petani atau bekerja tidak tetap seperti penggali kubur, berladang, beternak, hingga pemasang pipa air. Meskipun kualitas pendidikan di Desa Bengkala masih rendah, sebagian tidak bisa menulis dan tidak bisa membaca, menyebabkan ekonomi penduduk Tuli (Kolok) di desa Bengkala masih rendah.(RYR)

Sumber:

1. https://www.bbc.com/indonesia/vert-tra-47354984

2.https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/07/19/semua-orang-di-desa-ini-mampu-berbahasa-isyarat

bottom of page