
Halo, Ibu Santi. Senang bisa ngobrol dengan Ibu. Sebelumnya, bisa perkenalkan diri Ibu?
Saya Santi setyaningsih, seorang perempuan Hard of Hearing atau HoH sejak umur 8 tahun. Lahir di Purbalingga 8 Mei. Lulusan Sosiologi di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Sekarang tinggal di Pekanbaru.
Bolehkah Teman Inklusi tahu, apa itu bisnis usaha Creativeable Project Indonesia?
Creativeable Project Indonesia merupakan sebuah social enterprise yang fokus pada pemberdayaan ekonomi kreatif dan UMKM bagi teman disabilitas. Berdiri pada tahun 2017 di Yogyakarta dan sekarang sudah berkembang di kota besar yakni Jogja dan Pekanbaru
Sudah berapa lama Ibu Santi membangun Creativeable Project Indonesia?
Dari tahun 2017 sampai sekarang, tetapi menjelang akhir tahun 2018 sampai Januari 2019 sempat vakum.
Bagaimana awal Ibu Santi memulai bisnis?
Awalnya setelah lulus kuliah di Universitas Jenderal Soedirman pada awal Februari 2016, saya ditawari bekerja oleh dosen saya. Meng-handle klien di Pertamina Cilacap, Terminal Bahan Bakar Maos (TBBM), Maos Cilacap, di bagian Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina. Setelah selesai kontrak, saya merantau ke Yogyakarta. Di sana, saya bekerja di Pusat Rehabilitasi (Pusrehab) Yakkum Yogyakarta di bawah kaki gunung merapi, di Jalan Kaliurang. Selang beberapa bulan bekerja, rasa bosan pun melanda tapi saya sambil riset mengenai pasar dan target market untuk usaha seperti apa di Jogja. Di situ saya pun menemukan titik terang. Jogja kota budaya tapi banyak teman disabilitas masih sulit memasarkan produknya dan pengembangan UMKM-nya standar saja waktu itu.
Pada akhir tahun 2016 saya pun resign. Bersama rekan akhirnya mendirikan social enterprise. Sebelum saya lulus, saya juga bekerja sebagai asisten peneliti dan magang selama kurang lebih 4 bulan di Standard Chartered Bank Jakarta. Jadi setelah lulus saya pun tidak kesulitan mendapatkan pekerjaan. Jadi saya merasa tertantang untuk membantu teman disabilitas yang sulit mengembangkan produknya.
Apa saja hambatan yang Ibu temui di awal membangun usaha?
Banyak itu apalagi di awal membangun usaha. Waktu itu kan belum banyak ngetrend soal social enterprise ya. Dikiranya kita cari peruntungan dengan menjual ke-'disabilitas'-an atau ke-'Tuli'-an. Sedih juga. Belum lagi terkendala modal buat membangun usaha. Tapi alhamdulillah bisa jalan terus karena jaringan/relasi. Jadi bisa berkembang.
Ibu mempekerjakan disabilitas dan nondisabilitas atau hanya disabilitas? Kalau hanya disabilitas, apa saja disabilitasnya?
Disabilitas dan nondisabilitas. Awalnya hanya berdua, sesama Tuli. Kemudian masuk lagi nondisabilitas 1 orang, dan bertambah lagi jadi 6 orang.
Selama Pandemi COVIID-19 apa tantangan yang dirasakan Creativeable Project Indonesia?
Biasanya kami buka bazaar dan stand booth ikutan acara atau festival secara offline. Di situ penghasilan terbesar kami. Tapi saat pandemi melanda, penghasilan kami menurun. Dan kami sempat stuck dan bingung memulai darimana lagi. Akhirnya kami pun menginisiasi dengan menawarkan ke berbagai sekolah atau instansi. Tapi karena sedikitnya karyawan jadi kami jarang-jarang post story maupun feed di media sosial. Jadi agak lesu sedikit. Dan selama pandemi saya pun menulis buku dengan tujuannya rebranding kembali. Di situ tantangan saya, saya jadi masih produktif kembali sambil mengurus anak.
Sebagai disabilitas rungu/HoH, bagaimana cara Ibu berinteraksi dengan nondisabilitas untuk bisnis Creativable Project Indonesia?
Karena besar di lingkungan orang-orang dengar/nondisabilitas, saya jadi sudah terbiasa berkomunikasi dengan teman dengar/nondisabilitas. Tapi seiring berjalannya waktu pendengaran saya pun mulai menurun dari tahun ke tahun. Jadi kalo saat di panggil dari belakang pun gak kedengaran. Mengandalkan gerak bibir atau bisa jadi tulisan. Beruntung saat merantau ke Jogja bertemu komunitas Tuli Deaf Art Community. Jadi di sana saya belajar bahasa isyarat dan budaya Tuli, jadi saya gak kesulitan berkomunikasi. Universal mau ketemu siapa saja, komunikasi pun juga berbeda. Tapi tim saya yang nondisabilitas juga saya kasih pemahaman mengenai disabilitas terutama Tuli, biar jadi tahu bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan saya.
Apa mimpi Ibu untuk bisnis Creativeable Project Indonesia?
Kalo untuk mimpi dan harapan, saya berharap bisa lebih memberdayakan penyandang disabilitas, terutama di bidang industri kreatif dan umkm. Disabilitas lebih berdaya. Selain bisa lebih berdayakan diri sendiri, juga bisa mendorong perekonomian Indonesia dan mengurangi angka pengangguran. Maka, saya ini pengen teman disabilitas bisa berkarya dengan potensi masing masing. Karena kalau dengan memaksimalkan potensi yang ada, bisa jadi mereka bisa berpenghasilan.
Ada pesan untuk teman-teman disabilitas agar semangat bekerja atau memulai bisnis atau usaha sendiri?
Berdayakan diri kalian, tetap semangat dan tetap berjuang untuk mencapai tujuan lebih baik. Apapun kondisinya kalian mempunyai keistimewaan yang ada pada diri kalian.
Apakah ada pesan yang ingin disampaikan untuk perusahaan atau organisasi yang belum mulai berani berinteraksi dengan penyandang disabilitas?
Sudah hampir 4 tahun ini sejak di sahkan Undang-undang penyandang disabilitas, kewajiban perusahaan juga harus menerima pekerja disabilitas sebanyak 2% tapi sekarang sepertinya masih menerima 1% saja. Muncul beragam reaksi dari orang awam saat bertemu dengan disabilitas ada yang takut, kasihan, atau bahkan tak peduli. Apapun sikap yang ditunjukkan, perlu diingat bahwa penyandang disabilitas juga punya perasaan, ingin dihargai tanpa dikasihani sebagaimana orang lain.
Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang bagaimana berinteraksi dengan teman disabilitas, mulai dari cara berkomunikasi sampai bahasa tubuh atau gesture yang tercermin saat berhadapan dengan penyandang disabilitas.
Interviewer: Ridho Yulio Rahmadhino